Gerhana Sebagai Momentum Renungan

Suatu ketika di zaman khalifah Umar bin Khattab r.a pernah terjadi gempa Bumi bersekala kecil. Sebagaimana reaksi tenang penduduk kota masa kini, namun tidak bagi khalifah Umar. Dengan wajah yang pucat kemerahan seketika ia keliar dari rumah dan menyeru kepada segenap manusia untuk berlumpul. Ditengah kerumunan manusia beloau menyeru," wahai penduduk Madinah! Kalau saja terjadi guncangan sekali lagi. Maka aku akan keluar dari kota ini selamanya. Sungguh tiada terjadi kejadian ini melaikan karena perbuatan maksiat dari penduduk daerah tersebut".

(Khutbah Sholat Khusyuf oleh Al-Ustadz Dr. Muhammad Al-Husainiy Farg Al-Alusi di Masjid Darul Qur'an PTIQ Jakarta pada Rabu, 31/01/2018).

.........................[interval]...........................

Dalam sudut pandang ilmiah, kejadian semacam gerhana dan gempa dipandang sebagai kejadian alam yang disebabkan peristiwa alami daripada aktivitas bumi. Namun sebagai umat beragama, maka kaum beriman perlu memerhatikan cara agama memandang dua kejadian tersebut. Dalam sudut pandang keimanan, hal semacam ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt., sebagai penguasa alam semesta. Pesan dari fenomena alam ini adalah Allah swt., menegur hambaNya akan perbuatan maksiat.

(ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ)

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum: 41).

Mari kita berkaca pada kejadian gerhana matahari di masa Baginda Nabi Muhammad saw. Pada usia beliau yang ke 63 (10 H.) yang nahasnya bertepatan dengan wafatnya putra beliau Ibrahim, buah cinta dengan istri beliau Maria Al-Qibthiya.

Dalam kepercayaan orang-orang pagan penyembah bulan dan matahari (shabi'), kejadian gerhana sering dikaitkan dengan berpulangnya sosok agaung seperti seorang raja atau penguasa. Melihat kemungkinan bahaya pencemaran akidah di saat itu, maka seketika Rasulullah saw., menuju maajid dan meminta orang-orang untuk berkumpul kemudian Bilal mengumandangkan seruan untuk shalat gerhana. Seperti penuturan Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalan shahih-nya:

(صحيح البخارى – (ج 4 / ص269

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ انْخَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً نَحْوًا مِنْ قِرَاءَةِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ، ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً ، وَهْوَ دُونَ الْقِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ، وَهْوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلاً وَهْوَ دُونَ الْقِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ، وَهْوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً ، وَهْوَ دُونَ الْقِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ، وَهْوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ ، فَقَالَ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَاذْكُرُوا اللهَ »

“Dari Abdullah bin Abbas, bahwa pada suatu hari terjadi gerhana matahari. Lalu Rasulullah SAW berdiri untuk mengerjakan shalat. Beliau berdiri lama sekali, kira-kira sepanjang bacaan surat Al-Baqarah, kemudian beliau ruku’ juga sangat lama. Lalu berdiri kembali dengan waktu yang sangat lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan waktu berdiri yang pertama tadi. Kemudian beliau ruku’ lagi yang lamanya lebih pendek daripada ruku’ pertama. Lalu beliau sujud. Selanjutnya beliau berdiri lagi dan waktu berdirinya sangat lama hingga hampir menyamai rakaat pertama. Setelah itu beliau ruku’ dan lamanya hampir sama dengan ruku’ yang pertama. Lalu berdiri lagi, tetapi lebih pendek dibanding dengan berdiri yang pertama. Kemudian ruku’ lagi yang lamanya lebih pendek daripada ruku’ pertama, dan kemudian sujud. Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat, matahari telah kembali normal seperti biasa. Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan itu bukanlah karena kematian atau kehidupan seeorang. Maka jika engkau melihatnya, ingatlah dan berzikirlah kepada Allah” (Source: https://islami.co/shalat-gerhana-di-masa-nabi-saw/).

Selain itu, banyak kejadian gerhana dan gempa adalah pertanda dekatnya hari kiamat. Maka sudah sangat selayaknya bagi kaum mukmin untuk kembali mempertebal iman, lebih banyak berintrospeksi dan memperbanyak semua bentuk amalan ibadah. Semoga Allaah swt., senantiasa menjaga kita dalam keimanan sepanjang hayat, Amin. Wallahu A'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Aziziyyah Islamic Boarding School of West Lombok.

A Slur in Disguise

No more #KidsJamanNow